√ Lompat Tinggi │ Pengertian, Gaya, Teknik Dasar, Dan Sejarah

Posted on

√ Lompat Tinggi │ Pengertian, Gaya, Teknik Dasar, Dan Sejarah

Lompat Tinggi – pada kesempatan kali ini admin akan  mengulas sebuah materi tentang lompat tinggi, yang meliputi pengertian , gaya teknik , dan juga sejarahnya.  Selain itu kita juga akan mempelajari mengenai peralatan yang digunakan dalam lompat tinggi beserta perlengkapan yang lainnya . Langsung saja kita simak  pembahasan tentang  lompat tinggi berikut ini.

Pengertian Lompat Tinggi

Terdapat banyak ahli yang mendefinisikan tentang  pengertian dari lompat tinggi. Berikut ini adalah pengertian lompat tinggi menurut para ahli :

Giri Wiarto ( 2013:36 )

Giri Wiarto menyatakan bahwa lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki bagian  depan ke atas sebagai upaya dalam  membawa titik berat dengan setinggi mungkin serta  secepat mungkin jatuh atau mendarat dengan cara  melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu.

Feri Kurniawan ( 2012 : 41 )

Lompat tinggi adalah suatu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang berada di antara kedua tiang.

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman ( 2000:15 )

Menurut mereka tujuan dari lompat tinggi adalah  yaitu, untuk  memindahkan jarak vertikal titik berat badan dengan setinggi mungkin.

Sesuai dengan namanya, lompat tinggi bertujuan untuk melewati mistar dengan  setinggi – tingginya . Untuk memperoleh suatu  lompatan yang lebih tinggi di pengaruhi oleh kekuatan serta  kecepatan tungkai tolak, posisi tubuh pada saat  melewati mistar, dan juga  kemampuan untuk melakukan lari awalan yang menunjang terhadap tolakan yang efektif.

Jenis atau Macam  Gaya Lompat Tinggi

Dalam lompat tinggi terdapat  beberapa gaya yang sering di gunakan dalam pertandingan, antara lain :

Gaya gunting (Scissors)

Adapun cara yang dapat digunakan untuk melakukan gaya gunting menurut Munasifah ( 2008 : 32 ) adalah sebagai berikut :

  • Pelompat tinggi mengambil awalan dari samping. Apabila pelompat melakukan tolakan dengan menggunakan kaki kiri, maka awalan yang  di lakukan dari samping kiri pula. Namun , apabila  tolakan nya memakai kaki kanan, maka awalan yang di lakukan adalah dari samping kanan.
  • Ketika kaki diayun ( kaki yang dekat mistar ) mencapai ketinggian maksimum, kaki yang menolak ( kaki yang terjauh dari mistar ) di angkat lurus ke arah depan atas untuk melewati mistar.
  • Ketika kaki yang di ayun telah  menurun melewati mistar serta  dengan badan yang  hampir tegak, serta mistar yang  berada di bagian  bawah pinggul, kemudian kaki tolak mendarat dengan badan yang  menghadap ke samping.

Gaya guling perut ( Straddle )

Munasifah ( 2008 : 34 ) menjelaskan pelaksanaan gaya guling perut adalah sebagai berikut :

  • Pelompat mengambil awalan dari samping, awalan tersebut antara 35 derajat hingga 45 derajat. Jarak awalan tergantung pada si pelompat itu sendiri. Biasanya memakai  langkah ganjil. Tiga langkah terakhir harus lebih panjang dan juga  lebih cepat.
  • Melakukan tolakan dengan menggunakan kaki yang terdekat pada mistar dengan sekuat – kuatnya ke atas, di bantu dengan ayunan kaki belakang ( kaki ayun ) ke depan atas dengan  di bantu oleh ayunan kedua tangan ke bagian belakang atas.
  • Sesudah kaki ayun mencapai ketinggian yang maksimum, segera lewatkan di atas mistar. Lengan kiri seharusnya  jangan sampai menyentuh mistar. Sesudah  kaki diayun melewati mistar, dengan segera badan di putar ke arah kiri dengan kepala yang  mendahului melewati mistar. Putarkan badan sehingga dada dan juga  perut menghadap ke bawah ketika berada  di atas mistar. Kaki kiri yang dipakai  untuk menolak dengan segera lututnya dilipat ke bagian  samping kiri sedikit  ke atas serta agak ke belakang. Lengan kanan harus ke bawah dengan santai.
  • Apabila kaki kanan yang dipakai untuk kaki ayun, maka yang mendarat pertama kali pada matras adalah bagian kaki kanan dan juga  tangan kanan secara bersama – sama. Selanjutnya  berguling ke samping ke depan dengan badan yang  di bulatkan dan  juga bertumpu pada bahu sebelah kanan.

Gaya Guling Sisi ( Western roll )

Cara melakukannya :

  • Awalan dari arah samping atau serong sekitar 35 – 40 derajat. Apabila bertumpu dengan kaki kanan, maka awalan dari serong kanan bertumpu dengan kaki kiri, awalan dari serong kiri. Tumpuan dengan kaki yang terdapat dengan mistar ( Kaki Dalam ).
  • Kaki bebas di ayun ke bagian depan atas menyilang mistar. Melayang di atas mistar dengan sikap badan miring serta  sejajar dengan mistar.
  • Ketika itu juga kepala segera di turunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah dari pinggul, terus berguling meluncur ke arah bawah.
  • Sesudah berkembang beberapa lama, ketika berada  di atas mistar posisi badan  tidak sejajar dengan mistar, akan  tetapi kepala, badan dan juga kedua lengan yang melintasi mistar dengan  terlebih dahulu terus menukik kebawah seperti akan menyelam, sehingga gaya ini dapat  disebut juga ” Dive Western “.
  • Pendaratan dengan menggunakan salah satu tangan dan juga kaki tumpu yang hampir bersamaan, atau dengan kedua tangan yang  terlebih dahulu terus berguling menjadi mistar.

Gaya Flop

Cara melakukannya :

  • Awalan langkah panjang dan cepat, dengan posisi sikap tegak. Kaki yang digunakan untuk tolakan menggunakan kaki dominan atau yang dapat  dipakai  untuk menumpu. Jarak antara kaki tolakan dengan mistar yaitu kira – kira 22-35 cm. Dimulai dengan melakukan awalan, jalan, lari, melangkah. Selanjutnya  kaki menekan untuk melewati ketinggian mistar. Sudut  pada awalan, dari tempat tolakan ke tempat permulaan dengan melakukan awalan, kira – kira 45 – 50 derajat. Langkah dari tempat awalan ketempat tolakan harus dilakukan dengan
  • Tolakan, gerakan kaki tumpu yang kokoh ketika menolak dengan menggunakan salah satu kaki dengan posisi badan yang  agak condong kebelakang. Setelah melakukan tolakan tersebut , kaki di luruskan, dengan kedua tangan yang  selalu berada di samping untuk menjaga keseimbangan.
  • Sikap badan diatas mistar, lentingan pinggang sehingga benar – benar sejajar dengan punggung dengan mistar. Kedua kaki yang semula berada di bagian bawah badan, namun ketika  badan melewati mistar kedua kaki tersebut harus cepat di angkat, seiring dengan posisi badan yang turun ke permukaan matras.
  • Mendarat jatuh seluruh anggota badan dari mulai punggung, kedua kaki hingga lengan pada matras, jatuhan harus berada dalam posisi yang

Teknik Dasar Lompat Tinggi

Hans Themer ( 1996 ) menyatakan  bahwa teknik pada lompat tinggi terbatas dengan beberapa gerakan yang meliputi,  awalan, tolakan, ketika  melewati mistar dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendarat,  berikut penjelasannya  :

Awalan

Awalan adalah  kunci pertama bagi para  pelompat tinggi dalam usahanya untuk  melampaui suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan maka perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

  • Titik awalan dan sudut awalan harus tepat, yang di maksud dengan titik awalan adalah yaitu tempat berpijak ataupun  berdiri  dari permulaan sebelum pelompat akan mulai melakukan lari awalan.
  • Arah awalan tergantung pada kaki tumpuan  yang secara teknik kaki kiri kanan yang digunakan  untuk bertumpu maka akan menentukan dari arah mana pelompat harus mengawali awalan, hal ini pun tergantung juga  dari gaya yang digunakan.
  • Langkah kaki dimulai dari pelan hingga semakin di percepat, di lakukan secara wajar dan juga Kecepatan lari pada akhir awalan tersebut tidak perlu di lakukan dengan kecepatan yang  penuh ( 100% ), karena awalan pada tingkat tinggi yang di lakukan secara full speed maka akan mempersulit ataupun  mengurangi timbulnya daya tolakan kaki untuk membawa badan melambung keatas.
  • Banyaknya langkah tidak terdapat ketentuan yang pasti. Akan tetapi  pada umumnya banyaknya langkah yaitu berkisar 9 – 15 langkah.

Tumpuan

  • Tumpuan dilakukan dengan menggunakan kaki yang kuat. Ketika bertumpu harus tepat berada pada titik tumpu.
  • Titik tumpu merupakan tempat berpijaknya kaki tumpu ketika  melakukan lompatan, untuk memperoleh titik tumpu yang tepat maka  harus dicari dengan cara mencoba berulang kali sejak dari menentukan awalan, sudut awalan, irama, dan juga  banyaknya langkah.
  • Titik awalan dapat di katakan tepat, jika ketika badan berada dalam posisi melayang diudara maka titik ketinggian maksimal yang  benar – benar tepat adalah di atas serta  di tengah – tengah mistar.
  • Jika titik tumpuan terlalu dekat, maka akibatnya mistar akan tersentuh badan ketika  pelompat masih bergerak melambung ke atas. Namun sebaliknya jika  titik tumpuan tersebut  terlalu jauh, maka akan berakibat mistar tersentuh badan ketika  pelompat telah bergerak turun.

Disamping itu terdapat beberapa hal yang harus  di perhatikan ketika  melakukan tumpuan :

  • Menurunkan titik berat badan dengan cara menekuk lutut kaki tumpuan dengan sedemikian rupa ( 130 – 160 ) sehingga akan menimbulkan daya tolakan yang besar.
  • Ketika akan bertumpu maka posisi badan agak di condongkan kea rah belakang ( kecuali gaya flop kecondongan kebelakang ini relative sangat kecil atau di hindari sama sekali ).
  • Tumpuan dilakukan dengan cara yang kuat sehingga, cepat dan juga meledak ( explosive ).
  • Menapak pada bagian tumit, terlebih dahulu seluruh tapak kaki – ujung kaki, akhir tumpuan, kaki tumpuan harus dalam posisi lurus pada bagian lutut hingga  pada ujung kaki.
  • Ketika bertumpu kedua lengan dapat  di ayunkan dengan serentak atau ayunan yang dilakukan secara wajar  atau sepihak saja.

Melayang

Gerakan melayang yang berada  di luar udara terjadi pada saat  kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan gerakan kaki ataupun  lengan ketika  melayang melewati mistar tergantung pada masing – masing gaya. Jadi gerakan dan juga  posisi badan ketika  melayang inilah yang dapat memberikan cirri – ciri khusus dan juga dapat  membedakan gaya yang satu dengan gaya yang lainnya

Tiga prinsip yang perlu diperhatikan ketika  melayang :

  • Ketika melewati kedudukan titik berat,  badan sebaiknya berada sedekat mungkin dengan mistar. Dalam kinesiology dapat di katakan bahwa titik berat badan manusia terletak pada bagian  depan dataran tulang sacrum ( panggul ) bagian atas dan di sekitar di bagian belakang pusat.
  • Titik ketinggian lambung maksimal harus tepat berada di atas dan di tengah – tengah mistar.
  • Dilakukan dengan menggunakan tenaga yang sedikit mungkin dan  secara sadar, supaya dapat  menghindari gerakan – gerakan yang tidak perlu.

Pendaratan

Pendaratan adalah  tahapan yang  terakhir dari gerakan beruntun dalam  suatu lompatan. Cara yang dapat digunakan untuk  melakukan serta  sikap badan ketika  mendarat tergantung pada masing – masing gaya, terdapat  dua prinsip yang perlu di perhatikan :

  • Dilakukan secara sadar
  • Posisi badan harus berada sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan rasa sakit ataupun cidera.

Sejarah Lompat Tinggi

Sejarah lompat tinggi yang  tercatat pertama kali di adakan pada olimpiade Skotlandia pada abad ke 19. Lompatan tertinggi  ketika  itu tercatat adalah 1,68 meter. Gaya lompat ketika  itu adalah gaya gunting. Sekitar pada abad ke 20, gaya lompat tinggi sudah  di modernisasi oleh Michael Sweeney. Pada tahun 1895, ia berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter dengan menggunakan gaya eastern cut – off, di mana mengambil off seperti gunting, akan tetapi memperpanjang punggung nya serta mendatar di atas bar. Teknik lompat yang lebih efesien bermana Western Roll yang di kembangkan oleh George Horine. Dengan menggunakan  teknik ini, Horine mencapai lompatan yaitu setinggi 2,01 meter pada tahun 1912. Selanjutnya  pada olimpiade Berlin tahun 1936, teknik lompatan ini menjadi dominan di lakukan untuk cabang lompat tinggi yang berhasil di menangkan oleh Cornellus Johnson yang mencapai ketinggian hingga 2,03 meter.

Empat dekade sesudahnya , seorang pelompat yang berasal  dari Amerika dan Soviet merintis sebuah  evolusi teknik straddle. Orang pertama yang menggunakan teknik tersebut  adalah Charles Dumas yang berhasil mencapai ketinggian 2,13 meter, pada tahun 1956. Selanjutnya  seorang warga Amerika yang bernama John Thomas mencapai rekor dunia dengan ketinggian 2,23 meter pada tahun 1960. Selanjutnya Valeriy Brumel mengambil alih pencapaian rekor dunia tersebut  dengan berhasil  mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 meter dan juga  berhasil memenangkan kejuaraan olimpiade pada tahun 1964. Berawal dari Brumel inilah para atlet mencoba untuk mengembangkan olahraga lompat tinggi sehingga sekarang  ini sudah  terdapat empat gaya dalam lompat tinggi.

Peralatan Lompat Tinggi

  • Lapangan Lompat Tinggi

  • Meteran dengan mistar

  • Matras

 

Alat – Alat dan Perlengkapan Lompat Tinggi

Giri Wiarto ( 2013 : 49 ) juga berpendapat tentang  alat – alat perlengkapan dalam lompat tinggi yaitu sebagai berikut :

  • Mistar lompat

Mistar lompat dapat terbuat dari bahan metal atau kayu, yang berbentuk silinder atau segitiga dengan diameter minimum yaitu 25 mm dan maksimal 35 mm, sedangkan untuk panjang mistar yaitu  minimal 3,64 m,  dan maksimal 4 meter serta memiliki  berat maksimal 2,2 kg.

  • Lintasan Awal dan Tempat Bertolak

Panjang lintasan awalan tidak terbatas dan memiliki  panjang minimal 15 meter. Sedangkan untuk lompat tinggi galah, panjang bilah yaitu  sekitar 3,86 meter – 4,52 meter serta  berat maksimum 2,26 kg.

  •  Tiang Lompat

Semua tiang bisa digunakan  untuk melakukan lompat tinggi asalkan terbuat dari bahan yang kuat, dan juga kokoh serta  cukup tinggi.

  • Tempat Pendaratan atau Busa Lompat

Busa lompat yang berukuran 4 x 5 meter serta  di tutup dengan  alas matras atau karet biasa.

  • Scoring board

Berguna  untuk menunjukkan nomor atlet dan juga  hasil dari  lompatannya.

  • Pengukur kecepatan angin
  • Bendera berwarna kuning, merah dan putih
  • Roll meter yang  terbuat  dari baja : Roll meter dipakai  untuk mengatur ketinggian mistar lompat.
  • Penunjuk waktu : Penunjuk waktu dipakai  pada saat  atlet mulai di panggil dan memberikan  kesempatan bagi sang atlet untuk memulai perlombaan.

Demikianlah yang dapat dijelaskan tentang √ Lompat Tinggi │ Pengertian, Gaya, Teknik Dasar, Dan Sejarah semoga bisa bermanfaat dan juga berguna dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kalian semua, terimakasih.

Baca Juga :